23 Mei 2012

Posted by Lorong Teater Subang On 11:15

By Siska Amelie Fabiola Deil

Setelah beberapa tahun berada pada fase “hening”, akhirnya organisasi teater ini memulai kegaduhannya. Kegaduhan berkegiatan yang selalu dibalut keheningan berpikir para pelakunya. Ya, Lorong Teater (LT) SMAN 1 Subang, yang dibina oleh Ibu Aat Setiawati ini, kembali menggelar pementasan tunggal di Gedung Wisma Karya, Subang. Bagi Lorong teater sendiri, saat ini sudah hampir genap delapan tahun, setelah pementasan terakhirnya yang berjudul “rek ku saha deui?” , digelar di gedung yang sama pada tahun 2004 silam.

Jaka dan Arin dalam drama Pajaratan Cinta - taken in FDBS Bandung

Pementasan yang rencananya akan digelar pada hari kamis dan jumat, tanggal 17 & 18 Mei 2012 ini, mengusung naskah “Pajaratan Cinta” karya Dhipa Galuh Purba. Drama ini mengangkat kisah cinta Jaka (diperankan oleh Eko Darmoko) dan Arin (diperankan oleh Nurul Febrian), dimana keduanya terjebak pada polemik percintaan klasik. Arin yang merasa ditinggalkan Jaka tanpa kabar sepuluh tahun yang lalu, memutuskan menikah dengan pria lain bernama Suhadi (diperankan oleh Heri Martadiharja) dan mempunyai seorang anak dari pernikahannya. Problematika cinta terjadi ketika Jaka pulang, dan mengetahui bahwa Arin sudah menikah. Ia pun mengajak Arin untuk menguburkan cinta mereka di sebuah tempat bernama “Pajaratan Cinta”. Namun, semuanya menjadi kian rumit, ketika Suhadi mendapati mereka sedang berdua.

Konsep drama yang juga memaparkan berbagai kategorisasi cinta ini berhasil divisualisasikan dengan baik oleh tim penata artistik Lorong Teater. Terbukti dengan diraihnya penghargaan untuk kategori penata artistik terbaik. Selain itu, drama ini juga berhasil mengantarkan Lorong Teater mengantongi beberapa gelar juara pada Festival Drama Basa Sunda (FDBS) yang baru-baru ini diselenggarakan oleh Teater Sunda Kiwari. Penghargaan yang diraih oleh Lorong Teater yaitu penata artistik terbaik, sutradara terbaik, dan Juara 1 yang membuat Lorong menjadi Juara umum pada festival tersebut. Hal ini merupakan langkah awal bagi Lorong untuk terus berkarya. Lorong yang sempat terkunci selama beberapa tahun lalu sudah didobrak, dan menjadi tanggung jawab para anggota, alumni dan seniornya untuk terus masuk dan menjenguk kembali apa-apa yang sudah bertahun-tahun mereka tinggalkan. Ada yang mungkin sudah usang, ada yang sudah penuh debu. Dalam hal ini, akan butuh banyak keringat dan air mata untuk membersihkannya.

Lorong Teater ketika menjuarai Festival Drama Basa Sunda (FDBS) 2012 di Bandung

Namun demikian, seperti yang dilontarkan oleh sutradara (Atep YS) pada evaluasinya, bahwa semua anggota, alumni dan senior akan tidak banyak berbeda menghadapi pementasan kali ini. Para partisiapan dan anggota yang baru bergabung akan menghadapi medan yang sama sekali baru, sebaliknya bagi para alumni dan senior ini merupakan medan lama dengan kondisi baru. Maka walaupun sudah pernah menjuarai festival dengan naskah yang sama, latihan Lorong Teater tidak pernah kendur, bahkan terkesan lebih ketat. Benturan benturan konflik internal dan eksternal selama proses, menjadi penguat gerak dan motivasi untuk menuntaskan pementasan ini dengan sebaik-baiknya dan sebenar-benarnya.

Sejauh ini, Lorong Teater SMAN 1 Subang, merupakan sebuah organisasi yang tidak kenal kata “tak jadi”. Saran, kritikan, bahkan protes keras akan selalu jadi warna pada setiap proses yang dijalani. Bagi para anggotanya, menjalani proses dengan Lorong adalah lebih kepada belajar mengenali diri sendiri. Kelelahan yang mereka rasakan, akan mengkristal menjadi ilmu-ilmu hidup dan berkehidupan entah untuk saat ini atau nanti. Bagi para alumi dan senior, pementasan ini merupakan proses balancing setelah sekian lama hidup dalam bias hidup. Walaupun demikian Lorong tak pernah meminta, dan tak pernah memberi. Karna Lorong itu sebutan.

0 comments:

Posting Komentar