28 Mei 2012

Posted by Lorong Teater Subang On 16:17

Oleh: Annas Nashrullah


"cinta sejati adalah mengiklaskan seseorang yang dicintai untuk mencintai seseorang yang dicintainya, meskipun orang itu bukan diri kita"...

Selepas kepergian Jaka selama sepuluh tahun. Arin, kekasih Jaka akhirnya menikah dengan Suhadi. Sebuah penantian yang tak berujung menghantui kekalutan Arin. Atas kehendak waktu Arin dan Jaka bertemu dalam kondisi saling memendam rasa yang sama. Tekanan batin yang kian meletup membuat Jaka membawa Arin ke sebuah tempat yang bernama Pajaratan Cinta.

“Naha urang kudu kikieuan sagala, Jaka? Naha taya jalan sejen keur nuntaskeunana?” Arin mengguncang, Jaka pasrah.


Percintaan mereka terbias dari kisah cinta Sang pembuat pajaratan, Nyai Pohaci Rababu. Dalam semilir angin yang mengalun Pohaci Rababu hadir kembali menyeruak bongkahan cerita. Sangkuriang dan Dayangsumbi berdiri disusut tatapan dan pemikiran Jaka. Di Pajaratan Cinta orang unjuk irama hati yang berbeda. Dan Jaka pun bertemu dengan cinta sejatinya. 

Demikian yang terekam dalam pagelaran drama Basa Sunda dengan tema "Pajaratan Cinta" Lorong Teater, akhir pekan kemarin. Dengan penyuguhan yang apik, dan pembawaan karakter pemainnya yang kuat membuat ratusan penonton yang datang, terhipnotis.

"Ini yang menjadi ciri khas dan kelebihan Lorong teater dengan lainnya, mereka kuat dalam memainkan karakter. Inilah yang menjadi kunci mereka berprestasi," kata pemerhati teater Bandung, Eki Rizki kepada TINTAHIJAU.com usai pementasan Lorong Teater di Wisma Karya baru-baru ini.

Sejak berdirinya pada 14 Februari 1992 hingga saat ini, dalam setiap pementasan Teater Lorong yang (semula) beranggotakan siswa SMAN 1 Subang itu mayoritas mengangkat tema Cinta. Begitu lekatnya dengan tema itu, Lorong Teater menemukan makna dan karakter cinta dalam persefsinya.

Cinta, memberikan rasa tanpa berharap mendapat jasa. Karena cinta balas jasa, akan berujung pada satu titik bernama duka. Wajar, jika cinta di mata mereka difahami sebagai sesuatu universal, sehingga dengan sendirinya cinta menunjukan wajah dan bentuk sendiri. 

"Ternyata cinta itu punya wajahn dan bentuknya sendiri. Cinta sejati itu mengiklaskan seseorang yang dicintai untuk mendapatkan kebahagiaan, meskipun orang itu bukan diri kita," kata pelatih  Lorong teater, Atep YS. 

Dengan tema cinta itu pula, mengantarkan Lorong Teater ke tangga prestasi di level Jabar. Teater yang bermarkas di kampus SMAN 1 Subang itu sukses menggondol penghargaan tertinggi selama 4 kali pada Festival Drama Basa Sunda (FDBS) yang diselenggarakan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Bandung.

Prestasi pertama, ditoreh lorong pada FDBS ke V tahun 1998. Prestasi itu melecut semangat anak-anak Lorong. Tak tanggung-tanggung, Lorong menggondol penghargaan festival 2 tahunan itu, pada tahun 2000, 2004, 2006 dan terakhir tahun 2012 ini.

"Pertama kali kita mengikuti FDBS tahun 1996. Dan saat pertama partisifasi, kita gagal. Kegagalan itu yang membuat kita termotivasi untuk lebih baik, dan alhamdulillah sampai saat ini sudah 4 penghargaan yang kita bawa ke Subang," imbuh pria yang juga pembimbing Lorong Teater itu.

Pretasi yang diraih anak-anak Lorong, mengantarkan nama Lorong Teater naik daun. Beberapa kali, Lorong tampil di sejumlah event atas permintaan pelaksana. Sebut saja, acara bergengsi JakART pada 2002. Pada event itu, Lorong dikontrak untuk manggung di tiga tempat sekaligus.

Untuk sampai pada puncak prestasi, tidak didapat dengan gratis. Teater yang resmi terbentuk 1992 itu, pada tahun ke-3 dan ke-4 pendirinnya dihantam "badai". Pihak sekolah sempat "membredel" kegiatan mereka. Seperti jiwa tanpa ruh, Lorong hanya sebuah nama tanpa aktivitas nyata.

Dua tahun vakum, bukan menjadi alasan group teater ini bubar. Sebaliknya, dengan anggota yang ada, mereka kembali menyatukan stamina dan asa yang tersisa. Memasuki tahun 1994 mereka membuktikan, jika Lorong masih ada. 

"Sejak tahun itu kita mulai latihan dan kegiatan rutin. Tahun 1996 kita ikut FDBS, tapi gagal. Kegagalan itu yang membuat kita semangat lagi. Dan pada 1999 kita membuat AD ART untuk menentukan arah kita," terangnya.

Setelah beberapa tahun berada pada fase “hening”, akhirnya organisasi teater ini memulai kegaduhannya. Kegaduhan berkegiatan yang selalu dibalut keheningan berpikir para pelakunya.

Ini dibuktikan dengan pementasan drama berbahasa sunda di Gedung Sejarah Wisma Karya, Subang pada Kamis-Jumat (17-18/5) kemarin. Selain untuk menunjukan eksistensinya, pagelaran Lorong Teater itu sebagai ungkapan syukur atas perstasi yang diperoleh dalam kurun 10 tahun ini.

Ya, prestasi dan terperosok, seperti itulah jejak teater Lorong sejak pendiriannya hingga saat ini. Seperti hal namanya, setiap masalah yang membelitnya, para aktor itu mengendapkan pikirannya pada sebuah lorong sekolah yang menjadi rahim kelahirannya.

sumber : http://www.tintahijau.com/komunikita/35-komunitas/2323-menelusuri-lorong-teater-sman-1-subang.html

25 Mei 2012

Posted by Lorong Teater Subang On 20:19

TIM KREATIF :

PENATA ARTISTIK : Ayi Syahrul Hamzah
Crew :
1.Sandy Hallymansyah
2.George Ilham H.
3.Reza Pebrianto
4.Fauzan D’Angga
5.Lusan Maulana S.
6.AM. Rabbani
7.Nadira Adintianti
8.Riska Rosmala D.
9.Puspita
10.Nenden Yuneu
11.Yehezkiel
12.Syachlul
13.M. Hamzhya S.
14.Riska M.
15.Rida
16.Rhessa


PENATA MUSIK : Hadi Faturokhman
Crew :
1.Siska Amelie F.D.
2.Ligar Widyautami
3.Hadi Wibowo

PENATA LIGHTING :Heri
Crew :
1.Enra.Aria..
2.Yuniawati
3.Syahdan

MAKE UP : Ayu Sri Rahayu
Crew :
1.Sri Wulan
2.Lia Marliana

PIMPINAN PENTAS
Sandi Hallymansyah

SUTRADARA
Atep YS






24 Mei 2012

Posted by Lorong Teater Subang On 15:07
Wisma Karya Subang 17-18 Mei 2012

Selepas kepergian Jaka selama sepuluh tahun. Arin, kekasih Jaka akhirnya menikah dengan Suhadi. Sebuah penantian yang tak berujung menghantui kekalutan Arin. Atas kehendak waktu Arin dan Jaka bertemu dalam kondisi saling memendam rasa yang sama. Tekanan batin yang kian meletup membuat Jaka membawa Arin ke sebuah tempat yang bernama Pajaratan Cinta.


“Naha urang kudu kikieuan sagala, Jaka? Naha taya jalan sejen keur nuntaskeunana?” Arin mengguncang, Jaka pasrah.

Tempat seperti apa Pajaratan Cinta? Ada maksud apa Jaka membawa Arin kesana? Saat inilah cinta hakiki diuji. Percintaan mereka terbias dari kisah cinta Sang pembuat pajaratan, Nyai Pohaci Rababu. Dalam semilir angin yang mengalun Pohaci Rababu hadir kembali menyeruak 

bongkahan cerita. Sangkuriang dan Dayangsumbi berdiri disusut tatapan dan pemikiran Jaka. Di Pajaratan Cinta orang unjuk irama hati yang berbeda. Dan Jaka pun bertemu dengan cinta sejatinya, siapakah dia?


Para Pemain (dari kiri ke kanan):
  1. Franx I. H. (Sangkuriang)
  2. Enra..Aria. (Agni)
  3. Heri Martadiharja (Suhadi)
  4. Eko Darmoko (Jaka)
  5. Hilmi A. (Roni)
  6. Asmi Putri (Noni)
  7. Anita Ratna J. (Dayangsumbi)
  8. Nurul.Febrian.. (Arin)
  9. Sri Wulan (Pohaci Rababu)

Adegan dalam Drama Pajaratan Cinta








Posted by Lorong Teater Subang On 10:49
Perjalanan Lorong alangkah panjangnya. Begitu sulit dan melelahkan. Namun semua itu pelak kami jalani juga, karena perjalanan ini pilihan kami. Ada tekad belajar yang kuat, menemani menyelusurinya.

(PJC : Wisma Karya Subang & Rumentang Siang Bandung)

Mempelajari teater, mengenal hal-hal lain pada kami. Dengan kata lain, mempelajari teater di Lorong berarti juga mempelajari hidup dan kehidupan yang didalamnya terdapat manusia.

Semua yang kami dapat dalam berteater merupakan bekal yang sangat berarti bagi kami. Setiap proses yang kami jalani adalah miniatur runtutan kenyataan yang memang akan terjadi dalam kehidupan kami, baik dalam kegiatan kami berteater atau saat berhadapan dengan masyarakat.

Lorong bagi kami hanya sebuah sebutan, tempat kami belajar membaca sasmita (tanda-tanda kekuasaan-Nya). Yang selalu harus kami sadari adalah tetap waspada menghadapi kenyataan-kenyataan yang membawa lorong menjadi seperti ini. Menjadi Juara Umum Festival Drama Basa Sunda yang kali ke empat merupakan cobaan yang cukup berarti karena tugas kami akan semakin berat mempertaruhkan keringat dan air mata kami, apakah terpelihara atau akan terbuang bersama kesombongan.

Dari hati semoga diterima di hati

23 Mei 2012

Posted by Lorong Teater Subang On 11:15

By Siska Amelie Fabiola Deil

Setelah beberapa tahun berada pada fase “hening”, akhirnya organisasi teater ini memulai kegaduhannya. Kegaduhan berkegiatan yang selalu dibalut keheningan berpikir para pelakunya. Ya, Lorong Teater (LT) SMAN 1 Subang, yang dibina oleh Ibu Aat Setiawati ini, kembali menggelar pementasan tunggal di Gedung Wisma Karya, Subang. Bagi Lorong teater sendiri, saat ini sudah hampir genap delapan tahun, setelah pementasan terakhirnya yang berjudul “rek ku saha deui?” , digelar di gedung yang sama pada tahun 2004 silam.

Jaka dan Arin dalam drama Pajaratan Cinta - taken in FDBS Bandung

Pementasan yang rencananya akan digelar pada hari kamis dan jumat, tanggal 17 & 18 Mei 2012 ini, mengusung naskah “Pajaratan Cinta” karya Dhipa Galuh Purba. Drama ini mengangkat kisah cinta Jaka (diperankan oleh Eko Darmoko) dan Arin (diperankan oleh Nurul Febrian), dimana keduanya terjebak pada polemik percintaan klasik. Arin yang merasa ditinggalkan Jaka tanpa kabar sepuluh tahun yang lalu, memutuskan menikah dengan pria lain bernama Suhadi (diperankan oleh Heri Martadiharja) dan mempunyai seorang anak dari pernikahannya. Problematika cinta terjadi ketika Jaka pulang, dan mengetahui bahwa Arin sudah menikah. Ia pun mengajak Arin untuk menguburkan cinta mereka di sebuah tempat bernama “Pajaratan Cinta”. Namun, semuanya menjadi kian rumit, ketika Suhadi mendapati mereka sedang berdua.

Konsep drama yang juga memaparkan berbagai kategorisasi cinta ini berhasil divisualisasikan dengan baik oleh tim penata artistik Lorong Teater. Terbukti dengan diraihnya penghargaan untuk kategori penata artistik terbaik. Selain itu, drama ini juga berhasil mengantarkan Lorong Teater mengantongi beberapa gelar juara pada Festival Drama Basa Sunda (FDBS) yang baru-baru ini diselenggarakan oleh Teater Sunda Kiwari. Penghargaan yang diraih oleh Lorong Teater yaitu penata artistik terbaik, sutradara terbaik, dan Juara 1 yang membuat Lorong menjadi Juara umum pada festival tersebut. Hal ini merupakan langkah awal bagi Lorong untuk terus berkarya. Lorong yang sempat terkunci selama beberapa tahun lalu sudah didobrak, dan menjadi tanggung jawab para anggota, alumni dan seniornya untuk terus masuk dan menjenguk kembali apa-apa yang sudah bertahun-tahun mereka tinggalkan. Ada yang mungkin sudah usang, ada yang sudah penuh debu. Dalam hal ini, akan butuh banyak keringat dan air mata untuk membersihkannya.

Lorong Teater ketika menjuarai Festival Drama Basa Sunda (FDBS) 2012 di Bandung

Namun demikian, seperti yang dilontarkan oleh sutradara (Atep YS) pada evaluasinya, bahwa semua anggota, alumni dan senior akan tidak banyak berbeda menghadapi pementasan kali ini. Para partisiapan dan anggota yang baru bergabung akan menghadapi medan yang sama sekali baru, sebaliknya bagi para alumni dan senior ini merupakan medan lama dengan kondisi baru. Maka walaupun sudah pernah menjuarai festival dengan naskah yang sama, latihan Lorong Teater tidak pernah kendur, bahkan terkesan lebih ketat. Benturan benturan konflik internal dan eksternal selama proses, menjadi penguat gerak dan motivasi untuk menuntaskan pementasan ini dengan sebaik-baiknya dan sebenar-benarnya.

Sejauh ini, Lorong Teater SMAN 1 Subang, merupakan sebuah organisasi yang tidak kenal kata “tak jadi”. Saran, kritikan, bahkan protes keras akan selalu jadi warna pada setiap proses yang dijalani. Bagi para anggotanya, menjalani proses dengan Lorong adalah lebih kepada belajar mengenali diri sendiri. Kelelahan yang mereka rasakan, akan mengkristal menjadi ilmu-ilmu hidup dan berkehidupan entah untuk saat ini atau nanti. Bagi para alumi dan senior, pementasan ini merupakan proses balancing setelah sekian lama hidup dalam bias hidup. Walaupun demikian Lorong tak pernah meminta, dan tak pernah memberi. Karna Lorong itu sebutan.